ilmu pengetahuan
Kamis, 05 November 2015
ilmu pengetahuan: PDF Georegional Asia Timur
ilmu pengetahuan: PDF Georegional Asia Timur: https://GeoregionalAsiaTimurUNIKAMA2013Adrive.google.com/file/d/0Bxf7W4zYEW5eM2ZSaS0wT3lBYXM/view?usp=sharing
Selasa, 03 November 2015
Sabtu, 24 Oktober 2015
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Kelompok 2
Kamilus Adi Chandra
Artoldus M. Huntar
Elisa Reisario
A.
Pengertian penilaian
hasil
belajar
Penilaian
adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka atau deskripsi
verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Sedangkan
penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
B.
Kriteria
Penilaian
üPenilaian harus mencakup tiga aspek
kemampuan, yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan
üMenggunakan berbagai cara penilaian
pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung
üPemilihan alat dan jenis penilaian
berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran
üMengacu pada tujuan dan fungsi
Rabu, 07 Oktober 2015
GEOMORFOLOGI
GEOMORFOLOGI MALUKU
KAMILUS ADI CHANDRA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
memiliki jumlah pulau 17.504 buah deangan garis pantai terbesar nomor dua di
dunia sepanjang 95.181 km, berdasarkan identifikasi Departemen Pertahanan dan
Keamanan RI (2003) kita memiliki 92 pulau terluar dimana setidaknya 13 pulau
mendapat prioritas dan berbatasan dengan 10 negara, yang tentu akan menjadi bom
waktu bila sebagian besar perundingan wilayah perbatasan belum tuntas. Daerah
kepulauan Maluku menjadi sangat strategis karena terdapat 18 pulau yang
langsung berhadapan dengan negara tetangga diantaranya : Pulau Asutubun,
selaru, Marsella, Metimarang, Penambulai, Kultubai Selatan dan Laratyang berbatasan dengan Australia sedangkan yang
berbatasan dengan Timor Leste adalah Leti, Kisar, Wetar dan Liran Bagaimana
dengan Kepulauan Maluku? Daerah dengan
julukan ”Bumi Seribu Pulau” ini semakin mengkukuhkan dirinya sebagai salah
satu daerah kepulauan di Indonesia yang memiliki 632 pulau besar dan kecil
dengan luasnya sekitar712.479,69 km2
dengan panjang pantai 10.662,92 km2.
Sebagian besar pulau-pulaunya memiliki ciri yang sama yang dapat
diklasifikasikan sebagai pulau-pulau
vulkanis dan karang. Topografi wilayahnya umumnya bergunung dan berbukit yang menjulang langsung dari permukaan
laut. Jenis-jenis tanah yang dominan antara lain adalah tanah kompleks,
latosol, renzina, dan med-iteran.
Di tinjau dari
penyebaran pulaunya, di Maluku terdapat 2 pulau besar yang di kelilingi oleh
pulau-pulau sedang dan kecil, yaitu kelompok Pulau Halmahera termasuk Pulau
Bacan dan pulau-pulau kecil lainnya seperti Tidore, Makian dan Ternate, dan
kelompok Pulau Seram termasuk pulau-pulau Ambon, Haruku, Saparua, Lease,
Kelang, Buano, Mampa dan sebagainya. Selain itu, terdapat pula
kelompok-kelompok pulau yang sedang besarnya seperti Kepulauan Tanimbar,
Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Sula di samping pulau-pulau tersendiri (soliter) seperti Pulau Buru,
Pulau Obi, dan Pulau Wetar. Sisanya merupakan pulau-pulau kecil yang
luas rata-ratanya kurang dari 500 km yang sebagian besar tidak berpenghuni. Seperti
halnya iklim didaerah tropis khatulistiwa, yang dikeliligi perairan yang luas,
iklim daerah Maluku sangat di pengaruhi oleh lautan. Di sini di kenal 2 musim, yaitu
musim Barat atau Utara (Desember-Maret) dan musim Timur atauTenggara
(Mei-Oktober) yang diselingi oleh 2 musim pancaroba di antara kedua musim
tersebut. Keadaan musimnya tidak homogen, dalam arti setiap musim memberikan
pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun lautannya.
Untuk memahami
kondisi geomorfologi Maluku dengan jelas, maka di jabarkan secara terperinci
mengenai kondisi mengenai geomorfologi Maluku. Di awali dari kondisi geologi,
kondisi hidrologi, kondisi tanah, kondisi iklim dan kondisi geomorfologi
Maluku. Setelah kita mengetahui kondisi fisiografisnya maka kita dapat
mengetahui potensi fisik yang ada di wilayah tersebut sehingga dapat di manfaatkan
untuk pengembangan wilayah terutama dari sektor ekonomi. Dan di harapkan dari
analisis pengembangan wilayah ini dapat mensejahterakan masyarakat yang ada di
Maluku.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, ada beberapa
masalah yang akan di rumuskan yaitu:
1. Bagaimana kondisi Geologi Pulau Maluku?
2. Bagaimana kondisi Geomorfologi Pulau Maluku?
3. Bagaimana kondisi tanah Pulau Maluku?
4. Bagaimana kondisi hidrologi Pulau Maluku?
5. Bagaimana keadaan iklim Pulau Maluku?
6. Bagaimana pengembangan potensi fisik wilayah Pulau
Maluku?
1.3 Tujuan Penulisan
Ada beberapa
tujuan dari penulisan makalah ini, di
antaranya adalah:
1. Dapat mengetahui kondisi Geologi Pulau Maluku
2. Dapat mengetahui kondisi Geomorfologi Pulau Maluku
3. Dapat mengetahui kondisi kondisi tanah Pulau Maluku
4. Dapat mengetahui kondisi kondisi hidrologi Pulau
Maluku
5. Dapat mengetahui kondisi keadaan iklim Pulau Maluku
6. Dapat mengetahui kondisi pengembangan potensi fisik
wilayah Pulau Maluku
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kondisi Geologi
Pulau Maluku
Secara umum
atas dasar kenampakan geologi dan fisiografi Halmahera dapat dibagi dua
propinsi yaitu Halmahera bagian barat yang berupa busur vulkanik Ternate dan
Halmahera Barat serta Halmahera bagian timur laut dan tenggara merupakan busur
luar yang tersusun dari mélange. Kelompok kepulauan Halmahera terletak di
bagian utara dari kepulauan Indonesia Antara Sulawesi dan Irian jaya. Panjang
pulau dari utara ke selatan 180 km dan lebarnya dari barat ke timur 70 km, dan
di kelilingi oleh pulau – pulau kecil seperti Morotai, ternate,
bacan, Obi dan gebe. Ke barat merupakan laut Maluku dan ke timur merupakan
ujung selat laut Filiphina. Pulau Halmahera morfologinya ditandai 4 lengan
menyerupai huruf K. Bentuk ini mirip dengan bentuk pulau Sulawesi di bagian
tepi barat. Tetapi dalam skala kecil ; ukuran sekitar 1/3 dari Sulawesi dan
luas permukaannya sekitar 1/10. Teluk antar lengan dan teluk Kau di timur laut
, teluk buli di timur, dan teluk Weda di selatan.
Secara umum
pulau Halmahera berbukit atau bergunung- gunung, kecuali dataran banjir di
beberapa daaerah misalnya di muara sungai kobe di Teluk Weda dan sebagian besar pantai timur di lengan
tenggara. Pegunungan yang mengarah ke timur laut – barat daya
bergantian dengan lembah di lengan timur laut mempunyai relief yang bervariasi
dari 500 m sampai lebih 1000 meter, yang tertinggi mencapai 1.508 meter yaitu bukit
saolat , di bagian tengah pulau. Pegununagan utama di timur laut Halmahera
tersusun rumit secara structural berjajar batuan imbrikasi ultrabasa, basa dan
batuan Mesozoikum-Paleogen yang membentuk batuan basa. Di lengan barat laut
puncak tertinggi adalah vulkan aktif (g. Gonkomara1.700 m). sebelah timur lautnya
terdapat ( G. ibu 1500 m). lengan tenggara mempunyai topografi yang lebih
lembut, ada daerah luas dari sedimen lunak kalkareous di bagian tengah lengan
ini. Satu kenampakan khas sungai dari semua ukuran di Halmahera adalah bahwa mereka umumnya tertoreh dalam. Mereka rata
rata dengan dataran banjir
didekat pantai tetapi melalui
kebanyakan daerah membentuk lembah berbentuk
V yang terjal; di bagian tengah dan bagian bawah aliran sungai berkelok-kelok membentuk meander. Gambar :
Gambar 1.1 Peta Pulau Maluku
2.1.1
Keadaan
Tektonik Pulau Maluku
Maluku
utara merupakan daerah tektonik yang membingungkan, dibangun oleh interaksi
antara lempeng filiphina di utara, lempeng pasifik di timur, lempeng Eurasia di
barat, dan lempeng Australia di selatan. Batas selatannya merupakan system patahan
sorong dari Papua ke Sulawesi yang panjangnya sekitar 800 km ke arah Sulawesi
dan 1500 km sepanjang tepi utara papua kearah papua New Guinea . Sebelah barat
dibatasi oleh laut Maluku dan di timur laut dibatasi oleh ujung selatan palung
filiphina serta timur berbatasan dengan
perluasan ke utara
patahan Sorong. Keadaan geologi pulau pulau di Maluku utara sangat sedikit
diketahui . Pulau Halmahera mirip dengan pulau Sulawesi terdiri dari empat
lengan. Lengan timur dan tenggara terdiri dari mélange berupa ofiolit yaitu
batuan beku atau metamorf yang terbentuk
di sedimen laut dalam bentuk seperti serpentinit, periodit, gabro, basalm rijang radiolarian merah; sedimen
pelagic seperti marl, gamping, rijang, foraminifera dan lapisan miosen air
dangkal yang bercampur aduk satu sama lain. Lengan utara dan pulau pulau bagian
barat lengan selatan seperti ternate dan tidore terdiri dari basal andesit dan
dasit tersier dan kuarter. Ini menunjukkan bahwa bagian barat dari Halmahera
merupakan busur magmatic. Gunung aktif di lengan utara adalah G. Gonkonora. Dan
pulau bacan di sebelah barat lengan selatan mengandung batuan granitic dan
gneiss kuarsa dioritik dengan G. sibela (2200 m). Pulau obi disebelah selatan
Halmahera terdiri dari batuan mélange yakni batuan ultrabasa yang berlimpah
seperti serpentinit bercampur dengan gabro, dia-base, basal, greenstone,
radiolaria, jarper merah, kuarsit, sekis, batu sabak hitam dan coklat, serta
lempung hitam (Brouwer, 1924 dan warner, 1913). Jadi pulau Obi kemungkinan
telah bergeser dari timur sepanjang patahan sorong bersama-sama dengan pulau Peleng dan kepulauan Sula. Pulau
waigeo di barat laut
papua terdiri dari mélange juga menurut Brouwer
dan verbeek. Di pantai utara sangat sempurna terlihat mélange terdiri dari
batuan serpenitinit beisik, peridotit, gabro, diabase, sekis, rijang merah,
batupasir, marl, globigerina, gamping air dangkat. Laterit nikeliferous yang
berkembang di daerah bebatuan ultrabasa yang telah diteliti oleh Pasific Nikkel
Indonesia dan dijumpai cukup luas dan komersial di pulau Waigeo. Dari
penelitian gempa diketahui bahwa ada dua zone kegempaan banioff yang
berpotongan di bawah laut Maluku bagian barat menunjukkan terjadinya tabrakan
dari busur busur kepulauan. Salah satu zona benioff miring sedang kearah barat di bawah busur kepulauan sangihe dan
laut Sulawesi, dan yang lainnya miring landai ke timur di bawah
Halmahera. Karena itu di duga lempeng sangihe (Eurasia) menunjam ke timur dan menghasilkan mélange di
Kep. Talaud dan busur magmatic di
Halmahera barat, sedang lempeng Halmahera menunjam ke barat menghasilkan
mélange di Kep. Talaud dan busur magmatic di kep.Sangihe. Menurut peta Geologi Indonesia [1965], Pulau /
Kepulauan di Maluku Tenggara terbentuk / tersusun dari tanah dan batuan yang
tercatat sebanyak 3 jenis Tanah dan 5 jenis Batuan. Pada umumnya, dasar dari
regional geologi Maluku dibedakan menjadi 2 yaitu Maluku bagian barat dan
Maluku bagian timur. Maluku bagian barat adalah bagian sabuk vulkanik muda yang
merupakan perpanjangan dari morotai melalui Maluku bagian utara, Ternate, dan
Tidore. Sampai menuju bacan daerah yang paling luas tersusun atas batuan
sedimen dan vulkanik. Batuan dasar di tunjukkan di bagian selatan pulau bacan,
termasuk batuan kristali benua dan dasar deformasi batauan ultra basi (van
bemmelen,1970, yasin 1980). Batuan dasar Halmahera merupakan batuan vulkanik
dan vulkano-klastik yang dikombinasikan dengan
batuan beku dalam. Mereka terletak di bagian selatan. Bentuk maluku bagian timur merupakan perpanjangan
kearah timur melalui pulau gebbe dan terhadap bagian utara kepala burung irian
jaya. Wilayahnya merupakan daerah sedimen dasar air mesozoik dan kompleks ophiolite,
yang terjadi pada saat sedimen paleogene dan pengangkatan oleh neogene. Batuan dasar dari kepulauan halmahera terdiri atas
batuan sedimen yang kompleks
dan batuan ultrabasic dengan variasi bentuk yang disebabkan oleh metamorfosis,
penempatan batuan pada masa mesozoik dan sedimen eogene.
2.1.2 Pembentukan Tektonik
Secara tektonik
Halmahera membentang menjadi empat bagian lempeng, Australia, laut Filipina,
lempeng Eurasia dan lempeng Mindanau. (hall et al.1988). Lempeng Australia
membentang dari selatan dan berakhir di utara yaitu sistem patahan sorong yang sangat kompleks membentang dari Papua Nugini
panjangnya lebih dari 1500 km sampai Irian Jaya. Di bagian barat
membentang sekitar 800 km sampai Sulawesi. Lempeng Eurasia dibagian barat dari
lempeng Filipina dan di lanjutkan sampai lempeng halmahera di bagian barat.
Lempeng Eurasia terdapat di laut Asia dan Filipina yang menjadi wilayah secara
kompleks yang meliputi beberapa lempeng kecil yang bergerak secara bebas. Satu
dari lempeng ini adalah lempeng timur Mindanao yang terbentuk sebagian dari
patahan lempeng Filipina bagian barat. Lempeng Mindanao bagian timur tidak
meliputi skala global dari beberapa lempeng yang lain. Lempeng ini bergerak
bergantung pada lempeng Eurasia atau lempeng Filipina.
Aktifitas dari
keempat lempeng yang sangat relatif antara satu dengan yang lainnya tidak dapat
dijelaskan secara jelas. Pergerakan lempeng Eurasia-Filipina secara konvergensi
menghubungkan antara ketiga lempeng di bagian utara sampai ke patahan sorong di
irian. Sejak terjadi pergerakan dari lempeng mindanau timur tidak bisa
diketahui pergerakannya, pergerakan dari laut Filipina sampai ke timur mindanau
tidak bisa dijelaskan secara empirik. Meskipun pergerakannya diketahui secara
relatif antara Eurasia dan lempeng Filipina berguna dalam pembentukan pantai
dengan panjang yang signifikan di daerah tersebut. Pergerakan lempeng utara
sangat relatif sehingga mempengaruhi patahan sorong yang mengalami penurunan di
bagian timur lempeng mindanao yang berbentuk lautan mollusca dan di area ini
terdapat pengaruh dari lempeng Eurasia dan lempeng Filipina. Meskipun wilayah
laut mollusca sangat konvergen Kepuluan Halmahera memiliki bentuk yang
bermacam-macam. Sekarang Halmahera terdesak secara vertikal oleh beberapa
kepulauan yang keraknya bergerak secara relatif misalnya saja Pulau Samihe.
2.1.3 Struktur Geologi
Dalam struktur
geologi Maluku bentuk-bentuk dari pulau ini dapat dipelajari secara implisit.
Struktur dari area ini tersusun dari koleksi batuan yang mengalami metamorfosa.
Strukturnya sangat spesifik. Hal ini membentuk topografi maluku menjadi lebih
tinggi dan tidak simetris antara bagian barat yang dikontrol oleh patahan dan bagian
timur yang membentuk pantai Weda. Zona tengah membentang sampai ke leher
Halmahera. Leher Halmahera berisi sedikit gunung yang memiliki karakteristik
sungainya periodik yaitu kau dan pantai
Weda. Leher bagian barat membentang pegunungan yang tinggi dengan
sedikit dataran rendah sampai ke laut mollusca. Di barat pantai memiliki pola
efident yang dikontrol oleh patahan. Zona tengah terdiri dari formasi batuan vulkanik yang mungkin terjadi perlipatan pada
zaman neogene. Batuan neogene terbentuk karena perlipatan antara bagian
utara dan bagian selatan.
2.1.4 Kepulauan banda
Kepulauan Banda
terlihat dari timur Indonesia yang terbentuk akibat lipatan antara
Indonesia-Australia, Pasifik dan Eurasia. Laut banda tersusun atas lembah,
palung dan pantai. Proses geologinya meliputi:
a.
Sabuk ophiolite
b.
Sabuk metamorfosis
c.
Sabuk lipatan yang terjadi pada zaman
jurrassic dan sedimen permo jurrasic
d.
Sabuk lipatan yang terjadi pada zaman
mesozoik dan tersier yang memiliki sedimen sangat tinggi yang terletak di
kedalaman laut.
e.
Sabuk
pengangkatan yang terjadi pada akhir zaman neogen.
Diantara lima
sabuk tersebut laut banda terlihat bahwa batuannya lebih tua diantara pulau
yang lain. Hal ini dikarenakan teori tektonik lempeng yang terjadi di daerah
lokal. Gb.bagian tektonik dari selat makasar-laut banda-laut timor
2.1.5 Proses
tektonik
Proses tektonik
dibedakan menjadi tiga yaitu:
a.
Tektonik sebesar 180o yang
terjadi di bagian timur sampai barat yang merubah bagian utara secara relatif.
b.
Tektonik yang terjadi pada akhir
cretaceous
c.
Pembentukan tektonik yang terjadi
akibat kerak benua australia menyusup ke bagian
selatan pulau banda. Pricarson dan Brundell (1996) menjelaskan bahwa
model struktur yang ia gunakan adalah tiga macam yang paling utama dari
observasinya di pulau timora.
ü
Model imbricate yaitu sebagian besar
kepulauan terjadi secara geologi dan geofisik yang berakumulasi dengan material
chaolic yang bergantung pada dinding subduksi.
ü
Model lanjutan yaitu merupakan model
tertua dari model lainnya, model ini hampir mirip dengan model alphen yaitu
terjadinya penunjaman diantara australi dan laut selatan banda.
ü
Model penyimpanan (chamalaun dan grady
1978) mereka beranggapan bahwa kerak Benua Australia mendesak sangat kuat
dengan frekuensi tinggi sehingga menyebabkan kerusakan litosfer yang akan
menyingkap/ memunculkan pulau Banda.
2.2 Kondisi
Geomorfologi Pulau Maluku
Daerah ini memiliki relief beraneka ragam dengan basin
dan punggungan, proses pembentukan pegunungannya sangat aktif. Maluku utara
sebagian dihubungkan dengan rangkaian
pulau-pulau asia timur dan sebagian dengan system melanisia, sedangkan
Maluku selatan atau busur banda merupakan bagain dari system pegunungan sunda.
Pemisahan antara Maluku utara dengan Maluku selatan adalah sebuah punggungan
yang arahnya timur barat, membujur dari lengan timur Sulawesi ke kepala burung
di papua, melalui banggai, sula, gomumu (sebelah selatan obi), dan misool. Hubungan
antara punggungan sula dengan misool kurang di kenal. Punggung itu tenggelam di
sebelah timur manguola (2000 m) dan merupakan ambang pintu dari selat
lifamatora yang memisahkan basin mangole dengan basin buru. Di sebelah selatan
obi besar muncul lagi sebagai punggungan arah timur barat sebagai pulau gumumu.
Punggungan bawah laut yang sempit ini membentang lebih jauh ke timur ini
merupakan batas antara basin kecil diselatan tobalai (-1080 m) dan bagian timur
basi buru. Akhirnya punggungan itu muncul di tepi barat laut dangkal papua
membentuk kepulauan misool. Misool berada di ujung barat punggungan yang membatasi palung depan (fore deep) busur
banda, kemudian melengkung ke timur menuju punggungan merauke. Ambang
antara Maluku utara dan Maluku selatan ini
dalam pandangan geotektonik merupakan batas pemisah antara system orogen
pasifik barat dan system pegunungan sunda.
1.
Maluku utara
Maluku utara
merupakan rantai penghubung antara Filipina di utara, papua ditimur, dan
Sulawesi di barat. Daerah ini tersusun dari punggungan bawah laut dan dataran yang kompleks berupa rangkaian
pulau-pulau dan gugusan pulau yang dipisahkan oleh basin-basin kecil dan
palung. Kedalaman palung antara 2000– 4000 m dan ketinggian rata-rata
daerah itu 1500 m di atas permukaan laut. Kerangka Maluku utara kurang lebih
berbentuk segitiga. Sudut-sudutnya di hubungkan
dengan daerah yang lebih luas yaitu mindanau, papua, dan Sulawesi. Sisinya
dibatasi oleh palung yang dalam yaitu palung Filipina selatan sedalam 6000-9000
m di sepanjang sisi timur laut adalah laut seram (5319 m), di sepan- jang
sisi barat laut adalah basin Sulawesi (6220 m). Jadi ternyata Maluku Utara merupakan
bagian kulit bumi yang terangkat dengan kuat, mempunyai ketinggian rata-rata
beberapa ribu meter di atas daerah kelilingnya yang tengelam. Garis arah
fisiografis daerah ini diuraikan seperti berikut ini. Ujung barat laut berupa punggungan bawah laut yang
menghubungkan ujung selatan Mindanau dengan Minahasa (lengan utara
Sulawesi), terdiri dari pulau volkanis Serangani (termasuk Filiphina),
kepulauan Kawio (sejumlah terumbu karang kecil), dan pulau-pulau vulkanis
Sangihe. Rangkaian pulau vulkanis tersebut disebut pegunungan Sangihe, yang menghubungkan Zone Ragay dan lengan utara Sulawesi.
Selanjutnya berupa depresi yang membentang dari teluk davao di Mindanau ke arah
selatan melalui palung Sangihe menuju Basin Gorontalo. Basin gorontalo ini membelok
ke barat masuk teluk Tomini, yang memisahkan lengan utara dan timur Sulawesi. Zone
Samar-Diuata merupakan kulit bumi yang terangkat reliefnya agak ruwet,
membentuk Cordillerasm timur dari Mindanao, tenggelam ke arah selatan sampai
palung Sangihe. Akan tetapi zone ini dihubungkan oleh punggungan yang sempit
tediri dari pulau Palmas (Miangas) dengan dataran pulau-pulau Talaud dan
Nanusa. Punggungan ini membentuk ambang antara palung Filipina dan palung Sangihe. Pada garis besarnya Zone Samar – Diuata
letaknya lurus bersambung dengan Zone
Talaud-Mayu. Dataran Talaud tersebut bersambung dengan daerah terangkat
yang lebarnya 75 km, membentang ke selatan pada konfigurasi dasar laut Maluku.
Daerah yang terangkat ini disebut punggungan Mayu, karena sebagai pusatnya
berupa pulau yang bernama Mayu. Punggungan mayu tersusun dari
punggungan-punggungan yang sejajar sehingga menunjukan kenampakan sebagai
sebuah anti-klinorium. Di sini ada dua sumbu depressi yang satu terletak di
sebelah selatan kepulauan Talaud (antara basin Sangihe dan basin Morotai), dan
yang lain di dekat ujung selatannya (antara basin Gorontalo dan Bacan). Sumbu
kulminasinya terletak di bagian tengah pungguan tersebut, yaitu antara Menado
dan Ternate. Bagian itu menerobos Punggungan Mayu di tempat ini dan tersusun
menjadi satuan-satuan yang di urut dari barat ke timur:
a.
Sebuah parit tepi (>- 2500 m)
b.
Punggungan kira-kira 1200 m di bawah
permukaan laut yang di pisahkan oleh parit (>-2000 m); yang bersambung, yang
utara sebagai Pulau Mayu (Moyou) dan selatan sebagai Tifore (Tifare)
c.
Sebuah parit lagi yang dalamnya
>2500 m; e) ke arah timur di ikuti
oleh punggungan bawah laut 1500 di bawah permukaan laut dan
d.
Akhirnya dasar laut turun ke palung
Ternate dan di tengah-tengahnya antara mayu dan ternate. Yang dalamnya 3500 M.
Punggungan yang tenggelam ini kearah
selatan menuju sumbu depresi yang dalamnya >2000m. Ujung selatan
punggungan Mayu di batasi oleh basin Mangole (-3510 m), arahnya timur– barat
dan memisahkan punggungan dari batas Sula. Suatu ambang yang tidak jelas antara
basin Mangole dan basin Gorontalo membujur kearah
barat daya serta menghubungkan punggungan mayu tersebut dengan lengan Sulawesi.
Ambang bawah laut lainnya antara basin Mangole dan basin Bacan yang menghubungkan punggungan ini dengan kelompok
Obi. Punggungan Snelius adalah bagian dari punggungan Talaud– Mayu yang terangkat setinggi 360 m di bawah
permukaan laut di sepanjang tepi selatan palung Filiphina (- 8710 m).
Punggungan ini dipisahkan dari kepulauan Talaud oleh palung Talaud (- 3410 m)
dan daei Morotai serta Halmahera utara oleh basi Morotai (3890 m). Punggungan
snelius yang berupa punggungan bawah laut itu membentang ke arah barat laut
dari ujung utara Morotai dan menghilang di dasar laut kepulauan Nanusa dengan relief yang khas. Punggungan yang hilang
ini menggambarkan seolah olah dasar laut itu naik dan membatasi bagian ini
dari palung Filiphina disepanjang sisi timurnya hal ini dikuatkan dengan
kenyataan yang berhubungan dengan palung itu, tepi– tepi yang membatasi cekungan
ini tampak agak membalik. Bagian tengah dari pucak punggungan snellius itu
dihubungkan dengan punggungan Talaud Mayu oleh sebuah punggungan yang dalamnya > 2000 m. Rantai punggungan itu adalah
sebuah ambang antara palung Talaud dan Morotai selanjutnya bagian tengah
puncak punggungan snellius dapat di
pandang sebagai cabang punggungan Talaud Mayu. Naiknya secara kompleks dari
dasar laut Maluku di sepanjang sisi timur di batasi oleh pemerosotan yang
membentang dari basin Morotai melewati palung Ternate ke basin Bacan. Basin
Bacan dan Obi dipisahkan oleh suatu cabang ke timur dari basin Bacan dalamnya 1000– 2000 m. Halmahera dan sekitarnya merupakan
daerah yang relative tinggi. Bagian timur laut Maluku ini terletak antar laut
Maluku dan basin Carolina, bersambung dengan kepala burung di Papua di sebut
kelompok pulau Halmahera. Di tengahnya terdapat laut Halmahera (2039 m). Halmahera
adalah pulau terbesar di Maluku. Bentuk pulau ini mirip Sulawesi, akan tetapi ukurannya
lebih kecil. Garis tengahnya sepertiga Sulawesi dan luas seluruhnya sepersepuluh
Sulawesi. Pulau ini mempunyai empat lengan, teluk diantara lengan tersebut adalah
Teluk Kau, Bulu dan Weda. Teluk Kau
berakhir pada depresi bundar yang khas, kedalamannya 500 m dan garis
tengahnya 30-60 km. Teluk itu dipisahkan terhadap lautan terbuka oleh ambang
yang lebar dan dalamnya kurang dari 50m. Morotai yang terletak di luar ujung
utara sebagian besar tersusun dari batuan vulkanis Neogen. Vulkan-vulkan aktif
terdapat di ujung utara Halmahera. Gunung tertinggi adalah Gamkonora (1653 m),
sedangkan gunung api yang paling aktif adalah Dukono (1335 m) didekat Tobelo.
Rangkaian gunung api muda ini kelanjutanya di pulau pulau kecil disepanjang
pantai barat pulau utama, yaitu Hiri, Ternatae, Tidore, Mare, Mote,dan Makian.
Makian merupakan vulkan paling selatan dari jalur ini. Di derah ini juga di
jumpai batuan vulkanis muda yang meluas kearah barat melalui bacan menuju
Kofiau (Kayoa, pulau-pulau Gura-Inji,Waidoba, Taneti, Lata-lata, Kasiruta,
Mendioli, Bacan, Woka, pulau-pulau salo,dengan Jaroaga, Kekik, Lawin, Pisang,
dan Kofiao. Zona vulkanis ini membentang dari sulawesi utara ke pegunungan di
sepanjang pantai utara kepala burung. Di tempat ini juga di jumpai batuan
vulkanis neogen muda dan quarter. Jadi, kelompok Halmahera pada sisi barat dan
selatannya di batasi oleh se-buah jalur
yang menggandung batuan vulkanis neogen muda – kuarter. Jalur
ini sangat cembung ke barat dan selatan. Vulkan aktif akan terlambat pada
bagian tengahnya dari tobelo sampai makian. Jalur vulkanis ini disebuat zona
Ternate. Zona Ternate di pisahkan terhadap bagian dalam kelompok Halmahera oleh
zona depresi yang tidak bersambung, terdiri dari elemen-elemn berikut: depresi
teluk Kau-kau, teluk Payahe, selat Patini selat antara ujung selatan Halmahera
dan dammar, ujung seltan Basin Halmahera, selat antara Yef Doif dan Ko-fiao,
dan berakhir diselat Sagewin antara batamta dan salawati atau pada selat dampler
antara bantanta dan waigeo. Pulau-pulau dari bagian tengah kelompok Halmahera
sebagian besar terdiri dari basement kompleks dari batuan basis dan ultra
basisi yang tertutup oleh lapisan endapan marin tertian yang kaya fragmen-fragmen
batuan beku. Di bagian timur laut di batasi oleh ujung selatan ujung palung
Sulawesi, kearah barat dan selatan dibatasi oleh zona ternate. Satuan-satuan
daratan bagian dalam kelompok Halmahera yang terbesar adalah lengan lengan Halmahera
di sebelah timur dan selatan kawah Kau dan pulau pulau yang lebih jauh, yaitu
Gebe, Waigeo, dan Batanta. Pulau pulau antara Halmahera dan kepala burung di Papua
disebut kelompok raja ampat. Salawati juga termasuk dalam kelompok ini, akan
tetapi secara fisiografis merupakan bagian kepala burung. Keadaannya seperti
Misool pada dangkalan kepala burung, satu dipisahkan terhadap batanta oleh
selat seperti palung sempit (selat Sagewin, lebar4 km dan dalamnya lebih dari
200 m) selat itu di duga sebagai geraben muda seperti pada tepi barat laut
kepala burung yang kelanjutanya berupa lembah Warsamson. Ayu kecil dan
pulau-pulau asia itu membentuk sebuah taji kelompok Halmahera yang
membentang pada basin Carorina. Sebagai pusat kelompok Halmahera berupa pemerosotan
basin Halmahera yang kedalamannya mencapai >200m. Gambaran struktur umum
Maluku utara dibentuk oleh dua system punggungan yang memusat, satu membatasi basin
Sulawesi yang cembung ketimur (Sistem sangihe) dan yang lain membatasi bagian
tengah kelompok halamahera yang cembung kebarat (system ternate). System sangihe
tersusun dari satuan satuan:
a.
Palaung belakang : Basin Sulawesi.
b.
Busur dalam berupa punggungan sangihe
c.
Palung antara, meliputi palung
Sangihe-Gorontalo
d.
Busur luar, meliputi punggungan talaut-mayu.
System Sangihe membentuk mata rantai antara busur samar di Filiphina dan lengan
utara dan timur Sulawesi.
System ternate
tersusun dari satuan-satuan:
a.
Palung belakang, meliputi bagian umum
kelompok Halmahera, hayanya sebagian yang
tenggelam berupa basin Halmahera.
b.
Busur dalam, berupa zona ternate.
c.
Palung atntara, meliputi palung-palung
mototai- ternate-bacan.
d.
Busur luar, meliputi punngungan
snellius-mayu-obi. Pada punggungan mayu di bagian tengah laut mluku kedua
system tersebut jalin menjalin. Punggungan mayu merupakan busur luar dari kedua
system tersebut halini sebagai fakta geo tektonoik yang penting.
2.
Maluku Selatan (Busur Banda)
Bagian tengah
Basin Banda dibatasi oleh dua busur yang sejajar, busur dalam di tumbuhi
volkan-volkan aktif, sedangkan busur luar tidak mempunyai volkan muda. Basin
Banda terdiri dari bagian utara dan selatan. Basin Banda Utara terletak antara
Sulawesi dan Buru, sedangkan Basin Banda Selatan terletak antara batu tara di bagian
barat dan manuk di bagian timur. Basin Banda selatan di bagi menjadi bagian
barat dan timur oleh vulkan api yang berada di tengahnya. Bagian timur
dikelilingi oleh Busur Banda, sedangkan bagian barat berupa flarfrom laut
dalam.
Basin banda tengah mempunyai garis tengah 400 km antara Damar dan Buru arah
tenggara-barat laut dan antara vulkan api dan Banda arah barat daya-timur laut.
Pada bagian utara Basin Banda tengah terdapat beberapa punggungan yang rute
arahnya barat daya-timur laut. Punggungan Laynes dan Sibuga mencapai permukaan
laut hanya beberapa pulau karang dari pulau-pulau lacipam dan Sehil-doad yang muncul di atas permukann laut. Antara
punggungan Laynees dan Buru kedalamnnya mencapai 3430 m, dasar laut
bagian selatannya kira-kira -5000 m dan kedalaman maksimum 5400 m, di sebalah
barat Damar. Di bagian Barat Basin Banda selatan vulkan api muncul dari dasar
laut yang kedalamannya 4500 m. Bentukan Flatfrom laut dalam dibagian barat ini
bercabang ke arah Barat dan Barat laut menjadi sejumlah parit. Dari laut yang
dalam ini arahnya sejajar dengan busur alor ke arah barat di sebelah utara
Flores melintasi sejumlah punggungan sampai ke laut dalam Flores (-5130 m).
Cabang selanjutnya melengkung dan makin menjadi dangkal, selanjutnya masuk ke
teluk Bone antara lengan lengan selatan dan tenggara Sulawesi. Sebuah cabang
kecil melintasi punggungan (3850 m) ke palung Buton (4180 m). Akhirnya sejumlah
parit yang batasnya tidak jelas dengan arah barat laut- tenggara muncul diarah
kepulauan tukang Besi dan punggungan Laymes
serta merupakan penghubung antara bagian barat Basin Banda selatan
dengan basin banda utara. Basin banda utara seperti halnya bagian tengahnya 400
km dan kedalaman maksimum 5800 m. basin Banda Tengah pada sisi selatan, timur,
dan utara di batasi oleh busur dalam Banda. Busur ini terdiri dari sejumlah
punggungan. Bagian barat daya busur dalam bukan merupakan kelanjutan langsung
dari busur dalam nusa tenggara. Tingginya sumbu geantinklinal busur dalam ini menurun
dari Wetar melalui Romang kearah timur sampai pegunungan bawah laut antar Damar
dan Moa, dan berakhir pada Palung Weber. Punggungan Damar yang arahnya barat
daya-timur laut ditumbuhi volkan Damar (868 m), Teon (655m), Nila (781 m), dan
Serua (641 m). Punggungan ini tenggelam kearah utara dan dipisahkan oleh sebuah
parit yang dalamnya >3000 m, disini terdapat punggun-gan Manuk (285 m) yang
arahnya utara-selatan. Punggungan Manuk tersebut di pisahkan terhadap kubah
Banda (Api, 656 m) oleh sebuah parit yang dalamnya >4000 m. Sebuah taji
tenggara dari kelompok Banda ini tenggelam masuk ke palung
Weber, sedangkan taji barat laut yang melengkung ke arah barat berakhir di
sebelah selatan Ambon. Jadi busur dalam itu terdiri dari beberapa punggungan dan kubah yang berbentuk seperti puncak-puncak
bersambung. Perubahan kedudukan punggungan tersebut terjadi pada bagian
geatinklinal yang melengkung dari arah timur ke barat, pada busur dalam Nusa
Tenggara terus berubah menjadi arah timur laut, utara, dan akhirnya kembali kearah
barat laut dan barat. Bahkan di Ambon arahnya agak timur laut-barat daya yang
membentang pada basin Manipa sampai di Ambalau. Antara busur dalam dan busur
luar Banda terdapat palung antara yang berbentuk sabit cembung kearah timur,
yang disebut palung Weber. Palung tersebut makin dangkal ke arah barat laut
sampai suatu punggungan Ambon. Disamping itu juga menjadi lebih dangkal ke arah
barat daya bersambung dengan punggungan bawah laut antara Damar dan Moa. Palung
Weber di pisahkan terhadap basin Weber oleh ambang ini, yang dalamnya 1480 m.
antara busur dalam dan busur luar di sebelah barat terdapat Kepulauan Kaisar. Busur
luar Banda merupakan sebuah pengangkatan geantiklinal, lebarnya 100-200 km.
tempat endapan geosinklinal telah terangkat menjadi rangkaian pegunungan dengan
struktur yang berlebihan, akan tetapi tanpa volakan aktif. Di seram, tinggi
rata-rata di atas palung depan adalah 5000 m dan di palung antara adalah 6000
m. di bagian timur (Kai) perbedaan tinggi rata-rata berturut-turut 4500 m dan
7500 m. ketinggian ini agak sesuai dengan tinggi seram, meskipun seram merupakan deretan pegunungan yang tingginya
3000 m, dan kelompok Kai hanya mencapai
800 m di atas permukaan laut. Bagian
selatan busur laut banda ini merupakan sambungan busur luar Nusa Tenggara.
Busur itu dimulai di sebelah timur Timor dengan punggungan sempit Leti-Sermata.
Selanjutnya diikuti bagian tertinggi dari lipatan Babar, dari tempat itu
taji-taji yang rendah menuju ke beberapa arah. Bagian timur busur Banda terdiri
dari Kepulauan Tanimbar-Kai (Ewah). Bagian
itu mempunyai lereng dalam yang curam kearah palung Weber. Lebar goesinklinal
tersebut adalah 100 km pada kelompok Tanibar dan bertambah menjadi 200 km pada
Kepulauan Kai, menyempit lagi sampai 75 km pada jalur punggungan
bawah laut yang arahnya tenggara-barat laut dan merupakanrangkaian penghubung dengan Seram.
2.3 Kondisi Tanah
Pulau Maluku
Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari
kurang lebih 1.000 pulau besar dan kecil Sebagian besar pulau-pulaunya memiliki
ciri yang sama yang dapat diklasifikasikan sebagai pulau-pulau vulkanis dan
karang. Tanah dipulau Maluku ini berasal dari pelapukan bahan induk ultrabasa dan
basa,mencirikan tanah–tanah pelapukan lanjut bersifat lateritic mengandung nikel,
besi dan kobalt, dengan warna tanah relative seragam menyala merah. Tekstur
tanah umumnya di dominasi oleh lanau lempungan dengan kadar fraksi halus
mencapai 94% dan hanya sedikit yang bertekstur lanau pasiran (pasir 36%). Pelapukan
yang sangat intensif telah menghasilkan tubuh tanah yang cukup tebal dibagian
tengah pulau yang mencapai 20 m dari permukaan tanah yang cukup tebal di bagian
tengah berkembang lapisan tanah regolit berupa bolder ultra basa berukuran
10-30 cm yang di beberapa tempat di atasnya ditutupi lapisan tanah relative
tipis 5-10 cm. Berikut ini beberapa jenis tanah yang tersebar di daerah Maluku:
1.
Jenis Tanah Mediteran terdapat di Pulau
Morotai bagian barat, timur dan selatan, Pulau Doi Kecamatan Loloda.
2.
Jenis Tanah Podsolik Merah Kuning
terdapat di Pulau Halmahera dan Utara ke Selatan, Tobelo, Ibu, Obi bagian
Timur, Sanana, Pulau Taliabu, Wasiley, Oba, Weda,
Patani dan Maba.
3.
Jenis Tanah Kompleks terdapat di Pulau
Morotai bagian Barat dan Timur, Obibagian tengah, Pulau Halmahera bagian tengah
sampai timur.
4.
Jenis Latosol terdapat di Lologa,
Calela, Jailolo bagian Selatan, Cane Barat, Cane Timur, Bacan, Obi, Wasilei,
Weda dan Maba.
5.
Jenis Tanah Regosol terdapat di Loloda,
Calela, Sahu, Kao, Pulau Ternate, Pulau Makian, Pulau Obi di pesisir utara.
6.
Jenis Tanah Alivial terdapat di Pulau
Obi bagian barat, Pulau Taliabu bagian utaradan tenggara, Oba, Wasilei, Weda,
Patani dan Maba.
7.
Jenis tanah podzolik aluvium undak,
rensina terumbul coral, lithosol seklishabluk , paleogen, dan ulagan
paleozoikum banyak terdapat di wilayah propinsi Maluku Tenggara.
2.4.
Kondisi Hidrologi Pulau Maluku
2.4.1. Pola penyaluran air di Pulau
Maluku
Adanya sejumlah
besar terusan-terusan yang melintasi kepulauan aru merupakan suatu gejala yang
bercorak sekali dengan yang telah menarik perhatian mereka. Terusan-terusan ini
semua dimulai dari pantai barat menuju kesebalah timur pulau induk dan membagi
kepulauan ini dalam pulau-pulau. Terusan-terusan ini sangat dalam dan mencapai
maksimum kedalaman di daerah-daerah paling barat. Maksimum kedalaman dari
terusan wanumba adalah 70m dan di terusan workai 100m. jadi terusan-terusan ini
lebih dalam dari dasar laut disekitarnya. Tidak jauh dari tepi laut sering
terdapat bagian-bagian yang sangat dalam. Arus pasang yang kuat mengalir ke
timur pada waktu pasang naik,dan ke barat
pada waktu pasang surut. Terusan-terusan cabang yang lurus dan aneh
mempunyai hubungan terusan-terusan induk dan biasanya saling menghubungkan. Terusan cabang terisi dengan air asin
atau air payau hanya di bagian hulud ari beberapa terusan cabang
terdapat air tawar. Terusan air tawar yang terbesar ialah sungai Irloi, cabang
dari terusan Workai yang mengalir ke utara dekat desa lorang. Air tanah yang
keluar disini mencegah peresapan air laut. Sungai-sungai asli meskipun kecil
hanya terdapat di pulau berpasir paling selatan yang dinamakan terangan.
2.4.2. Air tanah
Sebagai salah
satu pulau di Indonesia, Maluku merupakan daerah langka air tanah. Batuan beku
ultrabasa dan basa menyusun pulau ini. Sebagai contoh Pulau Pakal. Di pulau ini
air hujan yang jatuh ke permukaan tanah yang berteksturtur lanau pasiran pada
beberapa tempat secara perlahan-lahan akan diteruskan melalui rekahan-rekahan
(fracture) yang terdapat pada batuan dan keluar sebagai mata air. Contohnya
terdapat di dua lokasi yang berbeda yaitu di lembah bagian timur kurang lebih
200m dari pinggir pantai kearah utara. Sebagian air hujan akan jatuh di permukaan
tanah tersebut kemudian akan di alirkan sebagai air larian permukaan (run off)
dan air yang di lepas sebagai mata air selanjutnya akan terakumulasi pada daerah
rendahan, alur-alur sungai mengalir menuju laut.
2.4.3. Air permukaan
Alur-alur
sungai sebagai tempat terakumulasinya air permukaan mengalir membentuk suatu
kesatuan wilayah daerah aliran sungai. Distribusi alur-alur sungai hampir merata untuk seluruh pulau dengan
kerapatan yang sangat jarang, hulu sungai berasal dari ketinggian di
bagian tengah dan menyebar ke tepi pulau, alur-alur relatif lurus dan pendek.
Lebar sungai pun relatif sempit kurang lebih hanya
2m, dan di beberapa tempat punya tebing yang terjal. Semua aliran sungai bersifat
musiman yaitu mengalirkan air bila musim hujan dan kering pada waktu kemarau,
terkecuali sungai yang mendapat pasokan dari mata air, sungai yang seperti ini
akan terus mengalir meskipun dengan debit aliran yang berkurang. Sungai musiman
di bagian atas sampai tengah di alasi oleh tekstur tanah halus (lempungan)
cukup tebal sehingga air hujan yang jatuh sangat sedikit yang meresap ke dalam
tanah dan lebih banyak diteruskan menjadi air larian permukaan sesaat setelah
hujan. Faktor morfologi yang cukup terjal juga mempengaruhi waktu yang relatif
pendek bagi air terkonsentrasi di sungai, secara cepat dan sesaat air akan
mengalir cukup deras mencapai laut. Adapun tekstur tanah lanau pasiran yang
berada di sekitar sungai ephemeral mampu meloloskan air hujan ke dalam tanah
lebih banyak yang kemudian sedikit demi sedikit di teruskan melalui
rekahan-rekahan batuan dan keluar menjadi mata air pasokan bagi sungai.
v
Sungai
Sungai yang berair sepanjang tahun tercatat sebanyak 7 buah antara lain:
ü
Pulau Kei Kecil sebanyak 3 buah
ü
Pulau Kei Besar sebanyak 4 buah
v
Danau.
Danau-danau di Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 2 buah,
Ablel dan Wear-laai di Pulau Kei Kecil. Banyaknya Gempa Bumi yang tercatat
serta Frekwensi Gempa dari Stasiun Geofisika Tual.
2.5 Kondisi Iklim
Pulau Maluku
2.5.1
Iklim.
Iklim
dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga
dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di
BagianSelatan, sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan. Seperti halnya iklim
di daerah tropis khatulistiwa, yang dikelilingi perairan yang luas, iklim
daerah Maluku sangat dipengaruhi oleh lautan. Di sini dikenal 2 musim, yaitu
musim Barat atau Utara (Desember-Maret) dan musim Timur atau Tenggara
(Mei-Oktober) yang diselingi oleh 2 musim pancaroba di antara kedua musim
tersebut. Keadaan musimnya tidak homogen, dalam arti setiap musim memberikan
pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun lautannya. Curah hujan maksimum
sekitar 3.800 mm/tahun (Seram Barat) dan minimum sekitar 990 mm/tahun (Pulau
Wetar). Iklim kepulauan Maluku juga dipengaruhi oleh sirkulasi angin musim secara
latitudal yang bergerak dari dan ke arah ekuator. Disamping itu, dengan adanya
pegunungan pada beberapa pulau, angin lokal turut mempengaruhi curah dan
distribusi hujan sebagai penciri utama keragaman iklim antar daerah di
wilayah ini. Daerah-daerah yang dekat dengan khatulistiwa (Maluku Tengah) umumnya mendapatkan curah hujan yang lebih banyak
di bandingkan dengan daerah-daerah di bagian selatan propinsi ini
(Maluku Tenggara) atau semakin keselatan curah hujannya semakin rendah. Adanya
keragaman iklim (curah hujan) tersebut erat kaitannya dengan posisi geogarfis
dan fisiografis wilayah yang mempengaruhi sirkulasi udara global dan regional
(angin musim dan angin lokal). Selama periode Oktober-Maret, angin Pasat Timur
Laut dari Lautan Pasifik yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan
konvergen terus menuju keselatan khatulistiwa di antaranya melewati Laut Banda
yang cukup luas. Karena adanya halangan
topografi pegunungan Pulau Seram dan Buru menyebabkan wilayah-wilayah
bagian utara (daerah hadap angin) dari kedua pulau tersebut mendapatkan curah
hujan yang cukup tinggi, dan juga bagian barat dan timur Pulau Seram. Disamping
itu, angin tersebut yang membawa massa uap air dari Laut Banda dan akan
tercurah sebagai hujan di daerah Maluku Tenggara. Selama periode ini
berlangsung musim hujan pada daerah-daerah tersebut, sedangkan wilayah-wilayah
lain seperti Pulau Ambon, Lease, dan bagian selatan Pulau Seram dan Buru mendapatkan hujan yang rendah atau
berlangsung musim kemarau. Selama periode April-September sirkulasi
udara di dominasi oleh angin Passat Tenggara yang dingin dan relatif kering
dari Australia. Angin yang kering ini menyebabkan wilayah Maluku Tenggara
kurang mendapatkan hujan atau berlangsung musim kemarau. Pada saat angin ini
terus bertiup ke utara melewati Laut Banda, sejumlah uap air terangkut dan akan
jatuh sebagai hujan di bagian selatan Pulau Seram dan Buru, Lease dan Ambon.
Selama periode ini berlangsung musim hujan di daerah-daerah tersebut, sedangkan
bagian utara Pulau Seram dan Buru serta bagian barat dan timur Pulau Seram
mengalami musim kemarau atau mendapatkan
curah hujan yang kurang. Pengaruh barisan pegunungan/topografi wilayah
menyebabkan beberapa daerah pegunungan di Pulau Seram seperti Manusela, Riring
dan Hunitetu memiliki musim hujan yang panjang dan musim kering yang
pendek (Laimeheriwa, 1998).
1.
Klasifikasi Iklim
Ø
Berdasarkan klasifikasi Agroklimate
menurut OLDEMAN, IRSAL dan MULADI [1981], di Maluku Tenggara terdapat Zone
Agroklimat, Zone C2 bulan basah 5 - 6 bulan dan kering 4 - 5 bulan. Berdasarkan
klasifikasi iklim Oldeman, di Maluku terdapat 11 tipe agroklimat, yaitu : B1 di
daerah Hunitetu, Tehoru, Werinama, Manusela, Riring, Banda; B2 di daerah Kei Besar
dan pp. Aru; C1 di daerah Buru Selatan, Seram Barat, Amahai, Bula,Taniwel, pulau Ambon, dan kep. Lease; C2 di
daerah Seram Utara; C3 didaerah Kei Kecil, dan kep. Tanimbar; D1 di daerah
TNS dan Romang; D2 didaerah Buru Utara Barat, Kairatu, dan Seram Timur; D3 di
daerah pp. Babar; E2 di daerah Moa; E3 di daerah Buru Utara Timur, Serwaru dan
Kisar; dan E4 di daerah Ilwaki-Wetar, sedangkan berdasarkan klasifikasi
Schmidth dan Fergusson dijumpai 5 tipe iklim, yaitu tipe A di daerah Buru
Selatan, Seram Barat, Hunitetu, Amahai, TNS, Tehoru, Werinama, Bula, Manusela,
Taniwel, Riring, pulau Ambon, kep. Lease dan Banda, Kei Besar dan kep. Aru;
tipe Bdi daerah Buru Utara Barat, Kairatu, Seram Timur, Seram Utara, Kei Kecil dan
Romang; tipe C di daerah Buru Utara Timur, kep. Tanimbar, pp. Babar,dan Moa;
tipe D di daerah Serwaru dan Kisar; serta tipe E di Ilwaki-Wetar.
Ø
Berdasarkan Klasifikasi Koppen, iklim
di Maluku tergolong tipe Alpha, danhanya sebagian kecil yan tergolong tipe Ae,
seperti daerah-daerah Obi, Tual dan Dobo. Adanya keragaman curah hujan antar
wilayah dan suhu udara berdasarkan ketinggian tempat menyebabkan terdapat
berbagai tipe/kelasiklim di Maluku. Berdasarkan Klasifikasi Koppen diperoleh 3
tipe iklim (Am,Af, dan Aw)
a.
Tipe iklim Am dijumpai pada
daerah-daerah yang mempunyai curah hujan tahunan lebih besar dari 2000 mm dan
hanya terdapat satu ataudua bulan kering
(bulan dengan curah hujan < 60 mm) seperti didaerah Kei Besar dan Romang.
b.
Tipe iklim Aw dijumpai di sebagian
besar wilayah Kabupaten MalukuTenggara Barat, dan Buru Utara sedangkan daerah
lainnya bertipe iklim Af yang lebih dominan diwilayah Maluku.
Ø
Berdasarkan klasifikasi Schmid
Fergusen, iklim di Maluku tergolong tipe Adan
B dan hanya sebagian kecil saja tergolong tipe C seperti daerah Tual (Maluku
Tenggara).
2.5.2 Curah Hujan
Curah Hujan
antara 2.000 - 3.000 mm per tahun terdapat di Pulau Kei Kecil. Sedangkan di
Pulau Kei Besar diatas 3.000 mm per tahun. Tahun 2008 curah hujan di Kabupaten
Maluku Tenggara secara keseluruhan adalah 2.441,9 mm per tahun atau rata-rata
203,5 mm per bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 225 hari atau
rata-rata 18,8 hari hujan per bulan.3.
2.5.3. Musim
v
Keadaan musim teratur, musim Timur berlangsung
dari bulan April sampai Oktober. Musim ini adalah musim Kemarau. Musim Barat
berlangsung dari bulan Oktober sampai Februari. Musim hujan pada bulan Desember
sampaiFebruari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Februari.
v
Musim Pancaroba berlangsung dalam bulan
Maret / April dan Oktober / Nopember.
v
Bulan April sampai Oktober, bertiup
angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Februari
diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora.
v
Bulan April sampai September bertiup
angin Timur Tenggara dan Selatan sebanyak
91% dengan angin Tenggara dominan 61% .
2.6. Pengembangan Potensi Fisik Pulau
Maluku
2.6.1. Potensi Perkembangan Wilayah
Propinsi Maluku
Utara memiliki berbagai potensi sumber daya alam, baik potensi daratan
maupun perairan, seperti potensi sumber daya lahan untuk pengembangan usaha
tanaman pertanian dan perkebunan. Potensi kehutanan berupa kayu dan non kayu. Potensi penambangan berupa minyak bumi, emas,
tembaga, nikel, bahan galian golongan C, serta potensi sumber daya
pesisir, perikanan dan kehutanan. Luas
lahan yang memanfaatkan di provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
o
Lahan untuk
tanaman pangan (579.482 Ha)
o
Lahan perkebunan
(208.482 Ha)
o
Hutan suaka alam (88.656 Ha)
o
Hutan lindung
(726.656 Ha)
o
Hutan produksi terbatas (534.735 Ha)
o
Hutan yang dapat
dikonversi (2.689.568 Ha)
2.6.2. Kehutanan
Luas kawasan
hutan sesuai Peta Tata Guna Hutan Propinsi Dati I Maluku adalah 8.572.800 Ha
yang terdiri dari Hutan Tetap (seluas 5.096.883 Ha) dan Hutan lainnya (seluas
3.475.917 Ha). Adapun rincian kawasan hutan berdasarkan fungsinya, yaitu:
·
Luas kawasan Hutan Tetap (5.096.883 Ha)
·
Hutan Produksi Tetap (1.298.464 Ha)
·
Hutan Produksi
Terbatas (1.807.107 Ha)
·
Hutan Lindung
(1.550.356 Ha)
2.6.3. Pertambangan
Ada beberapa
mineral yang dapat di jadikan kajian lebih lanjut mengenai potensi mineral di
perairan Maluku Utara, yaitu vanadium, emas, nikel, tembaga, chrom, canadium,
mangan, kobalt, seng, timbale dan barium. Secara khusus di temukan kandungan
mineral barium, terutama pada daerah pesisir dengan konsentrasi tertinggi.
Mengenai letaknya, sebagai berikut: endapan emas dan tembaga terdapat di
Kecamatan Wetar, mangan terdapat di Kecamatan MoaLakor, belerang di Kecamatan
Pulau-pulau Babar, batu gamping di Kecamatan Damer, minyak bumi dan gas alam di
Pulau Marsela, Kecamatan pulau-pulaum Babar. Semua sumber daya alam tersebut
kini masih dalam tahap eksplorasi, yang kelihatan sekarang hanyalah
pertambangan minyak tanah yang terdapat di Bula, di Pulau Seram bagian Utara. Daerah
Penghasil Tambang dan Mineral di Propinsi Maluku, yaitu: Emas (di Pulau Wetar,
Ambon, Haruku dan Pulau Romang), Mercuri (di Pulau Damar), Perak (di Pulau
Romang), Logam Dasar (di Pulau Haruku dan Nusalaut), Kuarsa (di Pulau Buru),
Minyak Bumi (di Buru, Pulau Seram) Mangan (di Laut Banda).
2.6.4. Industri
Beberapa
Industri yang terdapat di Propinsi Maluku, yaitu:
ü
Industri Keluarga, yang terkenal adalah
Kerajinan membuat perahu, kapal, perhiasan rumah lainnya dan kerajinan kerang.
ü
Industri Besar Di daerah Maluku yang
dapat dimasukkan ke dalam kualifikasi industri besar mungkin sekali adalah PT. Dok Wayame, yang dapat melayani pesanan
pembu-atan badan kapal laut dalam tonasr. Itupun kalau digolongkan ke
dalam industry besar.
ü
Industri Ringan Industri ringan yang
terdapat di Maluku adalah Industri sabun cuci, Industri minyak kelapa, Industri
minyak goreng, Perbengkelan reparasi, Percetakan, Pabrik limun, dll.
ü
Industri Pertambangan Berupa
pertambangan minyak tanah yang terdapat di Pulau Seram bagian utara.
2.6.5. Kelautan
Perikanan
merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat Maluku pada umumnya. Penangkapan ikan dilakukan secara sederhana. Cara penangkapan
ikan yang paling modern dengan menggunakan kapal motor cakalang. Dengan
demikian produksi ikan di Maluku berdasarkan Dinas Perikanan Propinsi Maluku
dapat diperinci sebagai berikut:
o
Ikan Tuna Cakalang (3.298 ton),
o
Ikan Julung (8.170 ton),
o
Ikan Pun (6.400 ton),
o
Ikan Campuran (10.020 ton) dalam tahun
1972.
Selain penangkapan ikan, ada juga penangkapan udang secara joint venture dengan Jepang di lakukan secara modern di
Maluku. Selain apa yang disebutkan di atas, pemeliharaan ikan darat juga
terdapat di Maluku dengan menggunakan tambak atau empang, kolam air tawar,
danau atau telaga, rawa-rawa, dll. Sementara potensi laut Propinsi Maluku Utara
yaitu Luas perairan 106.977 km, jumlah jenis ikan 66 jenis, potensi yang
dimiliki 478.382,5 dan potensi lestari 239.191,25. Lokasi penyebarannya: Laut
Seram, Manipa, Buru, Kepulauan Kei, Kepulauan Aru, Yamdena, pulau-pulau
terselatan dan wetar.
2.6.6. Flora dan Fauna
Provinsi Maluku
Utara memiliki beragam jenis flora dan fauna. Beberapa diantaranya tidak
terdapat di bagian lain wilayah Indonesia seperti Cengkeh Afo, Kelapa Raja.
Beberapa fauna merupakan endemit Maluku Utara seperti Kakatua Putih (Kaktua
Alba), Cendrawasih, Gagak (Lycocorax Pyrrhopterus), Kepiting Kenari. Selain itu juga burung yang termasuk
langka di dunia yakni burung Bidadari (Semioptera Wallace) yang terdapat
di pulau Halmahera. Terdapat juga beberapa jenis tanaman yang menjadi daya
tarik diantaranya adalah tanaman anggrek yang masih banyak terdapat di hutan
sepanjang pulau Halamahera.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas maka Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
Ø
Di tinjau dari penyebaran pulaunya, di
Maluku terdapat 2 pulau besar yang di kelilingi oleh pulau-pulau sedang dan
kecil, yaitu kelompok Pulau Halmahera termasuk Pulau Bacan dan pulau-pulau
kecil lainnya seperti Tidore, Makian dan Ternate, dan kelompok Pulau Seram
termasuk pulau-pulau Ambon, Haruku, Saparua, Lease, Kelang, Buano, Mampa dan
sebagainya. Selain itu, terdapat pula kelompok-kelompok pulau yang sedang
besarnya seperti Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, dan
Kepulauan Sula di samping pulau-pulau
tersendiri (soliter) seperti Pulau Buru, Pulau Obi, dan Pulau Wetar
Ø
Maluku
utara merupakan daerah tektonik yang membingungkan, dibangun oleh interaksi
antara lempeng filiphina di utara, lempeng pasifik di timur, lempeng Eurasia di
barat, dan lempeng Australia di selatan.
Ø
Gambaran struktur umum Maluku utara
dibentuk oleh dua system punggungan yang memusat, satu membatasi basin Sulawesi
yang cembung ketimur (Sistem sangihe) dan yang lain membatasi bagian tengah
kelompok halamahera yang cembung kebarat (system ternate).
Ø
Maluku merupakan daerah kepulauan yang
terdiri dari kurang lebih 1.000 pulau besar dan kecil Sebagian besar
pulau-pulaunya memiliki ciri yang sama yang dapat di klasifikasikan sebagai
pulau-pulau vulkanis dan karang.
Ø
Iklim dipengaruhi oleh Lautan
diantaranya Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh
Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga
sewaktu-waktu terjadi perubahan..
Ø
Propinsi Maluku Utara memiliki berbagai
potensi sumber daya alam, baik potensi daratan maupun perairan, seperti
potensi sumber daya lahan untuk pengembangan usaha tanaman pertanian dan
perkebunan. Potensi kehutanan berupa kayu
dan non kayu. Potensi penambangan berupa minyak bumi, emas, tembaga,
nikel, bahan galian golongan C, serta potensi sumber daya pesisir, perikanan dan kehutanan.
3.2.Saran
Jika di lihat
dari potensi alam yang dimiliki Maluku sangat kaya akan potensi alam. Namun
karena letaknya yang terpencil dan tidak begitu dikenal oleh masyarakat
sehingga Pemerintah mungkin kurang jeli melihat potensi yang ada yang pada daerah-daerah
tersebut. Sebenarnya Pemerintah
mampu melihat potensi yang ada di Maluku, namun
keterbatasan kemampuan Sumber Daya Manusia yang ada di Maluku dalam mengolah potensi yang ada serta
ketiadaannya investor. Yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menelusuri
potensi yang ada di Maluku. Lalu
mengembangkan kemampuan Sumber Daya Manusia agar dapat mengelola potensi
yang ada di Maluku. Pemerintah juga harus lebih giat dalam mencari investor.
Pemerintah hendaknya mengembangkan Maluku dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan yang ada dan tidak menguntungkan salah
satu pihak saja.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Darman, H dan Hasan Sidi F. 2000. An Outline
of The Geology Indonesia. Indonesian
Association of Geologist.
Online (http://darman-and-Hassan.blogspot.com/2000/10/Indonesian Association of
Geologist). Di akses pada tanggal 26 oktober 2013. Pukul 14.45.
2.
Herlambang, Sudarno. Online (http://sudarsonoherlambang.blogzpot.com/Dasar-dasar Geomorfologi).
Di akses pada tanggal 02 November 2013. Pukul 15.36
3.
Abrahamsz, James. 2007. Potensi, Isu
dan Permasalahan Pulau – Pulau Kecil diProvinsi Maluku. Online (http://jamesabrahamsz.blogspot.com/2007/10/potensi-isu-dan-permasalahan-pulau-maluku.html), diakses tanggal 26 oktober 2013.
4.
Tariana, Didik. 1997/1998. Garis Besar Geomorfologi
Indonesia. Malang. Ikip Malang. Online (http://didiktriana.blogspot.com/1997/1998/garis besar
geomorfologi Indonesia), di akses pada tanggal 02 November 2013. Pukul 16.50
5.
Buranda, J.P. 2011.Geologi Indonesia.
Online
(http//:buranda.blogspot.com//2011//geologi-indonesia), di akses pada tanggal
03 November 2013, pukul 13.45.
6.
Verstappen. 1969.
A Contribution To The Geomorfoloy Of The Molluccas. Jakarta: Balai Geografi. Online (www.potensimaluku.comwww.kondisitanah
maluku.com.) diakses tanggal 03 November 2013. Pukul 14.55.
Langganan:
Postingan (Atom)